Minggu, 19 September 2010

Proses Pembuatan Illustrasi Karakter Kartun


Illustrasi gambar karakter kartun adalah salah satu bagian yang cukup menarik dalam seni visual. Pembuatan karakter illustrasi dilakukan biasanya dengan menciptakan ciri dan sifat karakter dan hal-hal unik pada diri karakter. Karakter-karakter kartun yang lucu lazimnya kita temukan di film-film kartun, komik, majalah, dan banyak lainnya. Tidak juga tertutup kemungkinan karakter kartun untuk digunakan sebagai maskot sebuah perusahaan tertentu maupun sebagai model iklan. Jadi, untuk hal pemasukan, illustrator kartun punya cukup banyak target klien untuk bisa diajak bekerjasama.

Mengenai proses pembuatan secara teknis, berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan dalam proses pembuatan illustrasi gambar kartun :

Sketsa
Sketsa adalah proses awal yang penting dalam pembuatan illustrasi kartun. Walaupun sebagian illustrator maupun desainer juga mampu melakukannya langsung dengan komputer, namun tahap sketsa dapat mempercepat proses pembuatan. Selain itu, garis-garis yang dibentuk dengan tangan akan lebih manusiawi daripada garis yang dibuat dengan mouse.

Beberapa orang mengeluh karena tidak bisa menggambar. Tapi saya melihat ini sebagai tantangan. "Learning by doing", semakin sering maka akan semakin mahir. Saya juga tidak pintar menggambar, tapi berani memamerkan karya saya disini.

Scan

Kita butuh bantuan scanner untuk memasukkan gambar ke kompie. Beberapa desainer malah melakukannya dengan foto langsung gambar agar terbaca dalam format digital. Tidak masalah yang mana yang digunakan selama gambar dapat terbaca dengan baik pada komputer.

Persiapan Gambar
Persiapkan gambar untuk menghasilkan tampilan yang baik seperti mempertebal garis. Kita bisa melakukannya di Photoshop. Cukup pilih Image > Adjustment > Threshold, lalu atur nilainya hingga gambar terlihat cukup jelas.

Tracing
Tracing adalah istilah pada software pengolah gambar vector seperti Illustrator dan CorelDraw. Tracing dilakukan dengan menjiplak (menggambar ulang) gambar hasil scan hingga berformat vector. Pada software-software pengolah gambar vector, kita bisa melakukan tracing secara otomatis. Namun untuk tampilan detail dan hasil yang maksimal, Saya menyarankan untuk melakukannya secara manual alias pakai Pen Tool.

Pewarnaan Dasar
Berikan pewarnaan dasar kepada gambar hasil tracing. Ini akan sangat memudahkan kita dalam melangkah lebih lanjut dalam proses pewarnaan detail seperti pemberian bayangan dan pencahayaan.

Detail
Memperhatikan setiap detail pada gambar akan membuat gambar tampil lebih baik. detail bisa berupa pencahayaan, fokus pada pewarnaan, bentuk gambar, dll. Sampai pada step ini, kita telah selesai membuat sebuah illustrasi kartun mulai dari proses sketsa sampai pada proses digital.


Kamis, 16 September 2010

Kartun jepang

Siapapun waktu kecil pasti menyukai yang namanya film-film kartun, begitu pun dengan saya. Namun seiring bertambahnya usia, rasa ketertarikan saya terhadap film-film kartun tersebut pun semakin pudar. Tetapi walaupun begitu, ternyata tidak semua orang seperti saya, ada beberapa teman-teman seusia saya yang sampai saat ini masih tertarik untuk melihat film-film kartun atau membaca komik-komiknya. Ya.. setiap orang memang berbeda-beda, dan perbedaan itulah yang membuat hidup kita menjadi berwarna.

Adek saya yang saat ini baru naik ke kelas 2 SMU pun merupakan salah satu penggemar film-film kartun khususnya kartun-kartun Jepang seperti “Naruto” atau “One Piece”. Hampir setiap sore dan malam sekitar pukul 5 sampai pukul 8 malam Adek saya tidak pernah ketinggalan menonton acara film-film kartun tersebut, entah apa saja judul film-film kartun yang dia tonton saya tidak hafal karena memang banyak sekali. Tetapi kalau saya perhatikan acara-acara film kartun Jepang tersebut kebanyakan diputar di stasiun televisi swasta GlobalTV.

Jumat, 10 September 2010

Sejarah Aminasi Kartun

Kata “animasi` sebenarnya adalah penyesuaian dari kata “animation”, yang berasal dari kata dasar “to animate” yang dalam kamus umum Inggris-Indonesia berarti “menghidupkan”. Secara umum, animasi merupakan suatu kegiatan menghidupkan atau menggerakkan benda mati. Maksudnya, sebuah benda mati diberikan dorongan kekuatan, semangat, dan emosi untuk menjadi hidup dan bergerak atau hanya berkesan hidup.
Sebenarnya, sejak zaman dulu, manusia sudah mulai melakukan teknik animasi, yakni dengan mencoba “menganimasi” gerak gambar binatang. Hal itu terungkap oleh penemuan para ahli purbakala di gua Lascaux di Spanyol Utara, yang sudah berumur 200.000 tahun lebih. Di dinding gua itu, mereka menemukan gambar binatang dengan jumlah kaki delapan yang posisi badannya tengah bertumpuk-tumpuk. Di duga, dulu manusia purba yang hidup di gua itu telah membuat semacam “gambar bergerak” dengan cara menumpuk-numpuk gambar atau sketsa binatang.
Di belahan bumi yang lain, di Mesir, ada gambar para pegulat sedang bergumul yang susunannya berurutan pada dinding. Para arkeolog memperkirakan dekorasi di dinding itu dibuat oleh orang-orang Mesir kuno pada tahun 2000 sebelum Masehi.
Sementara di Jepang, para arkeolog menemukan gulungan lukisan kuno yang memperlihatkan suatu alur cerita yang hidup, yang diperkirakan dibuat pada masa Kerajaan Heian, yakni sekitar tahun 794-1192.
Sedangkan di Eropa, pada abad ke-19 sudah muncul mainan yang disebut Thaumatrope. Mainan ini berbentuk lembaran cakram tebal yang di permukaannya terdapat gambar burung dalam sangkar. Kedua sisi kiri dan kanan cakram tersebut diikat dengan seutas tali. Bila cakram tebal itu dipilin dengan tangan, maka gambar burung itu akan tampak bergerak. Dengan demikian, mainan ini bisa dikategorikan sebagai animasi klasik.
Dan di tahun 1892, Emile Reynauld mengembangkan mainan gambar animasi yang disebut Praxinoscope. Mainan ini berupa rangkaian ratusan gambar yang diputar dan diproyeksikan pada sebuah cermin sehingga tampak menjadi sebuah gerakan seperti layaknya film. Mainan ini selanjutnya dianggap sebagai cikal bakal proyektor pada bioskop.
Di Indonesia? Mungkin kita juga bisa mengklaim bahwa pada 4 hingga 3 juta tahun yang lalu dalam peradaban budaya Indonesia sudah ada lukisan animasi. Hal itu dibuktikan dengan lukisan-lukisan yang ada di Gua Leang-Leang (Sulawesi), beberapa gua di Kalimantan Timur, serta gua-gua yang masih murni tersimpan di alam Papua. Di Pulau Jawa, sejak zaman dulu juga sudah ada seni “menghidupkan bayangan”, yakni seni memainkan Wayang Kulit dan beberapa jenis Wayang lainnya.
Meski demikian, harus diakui bahwa jika bicara tentang film animasi, memang seni itu lahir dan datang dari luar. Negeri ini menjadi tempat migrasi budaya urban tersebut dan mengadopsinya.

Referensi : masaguz.com